Sekilas Forex: 3 Fokus Ekonomi Yang Patut Diperhatikan Untuk Pekan Depan


ForexSignal88.Com | Jakarta, 24/09/2017 Di awal pekan lalu (18-22 September) dolar AS masih mengalami tekanan setelah di pekan sebelumnya Bank of England (BoE) memberikan pernyataan yang hawkish tentang suku bunga dengan mengatakan bahwa suku bunga resmi (official rate) akan segera naik dalam hitungan bulan.
Tingkat Suku Bunga Inggris
Seiring dengan pernyataan BoE tersebut, saat itu pound sterling langsung menginjak dolar AS sehingga pasangan GBP/USD melonjak ke titik tertinggi sejak terjadinya flash crash (penurunan tajam yang sangat cepat) sehari setelah referendum Brexit. Langsung atau tidak langsung, penguatan satu rival utama dolar AS sudah tentu memicu penguatan rival lainnya.
Data-data AS di akhir pekan (15/9) juga gagal untuk mengangkat sentimen greenback. Bayang-bayang serangan dua badai berkekuatan besar masih menghantui prospek ekonomi AS. Meskipun demikian, data MetaTrader yang digunakan tim FS88 Research Division di pekan tersebut menunjukkan pada skala mingguan Dixie atau Indeks Dolar AS masih berakhir di zona hijau, di 91,82. Itu artinya mulai ada perlawanan dari dolar AS. Bahkan di pekan lalu Dixie juga berakhir positif lebih tinggi, di 92,16.
Selanjutnya di hari kedua pekan lalu, kabar geopolitik kembali menggema setelah Presiden AS Donald Trump pada pidato pertamanya di hadapan Majelis Umum PBB mengancam akan menghancurkan Korea Utara secara total jika terus menebar ancaman terhadap negara dan sekutu-sekutunya.
Saat itu Trump menyebut Kim Jong Un sebagai “Little Rocket Man” dengan sebuah misi bunuh diri dan mengatakan bahwa pemerintahan di bawah pemimpin muda Korea Utara tersebut sebagai “sekelompok kriminal”.
Namun saat itu pasar tidak terlalu menggubris retorika Trump, aset safe haven seperti emas, yen dan franc tetap bergerak mendatar bahkan kembali tertekan. Emas merosot hingga kembali berada di bawah level psikologis $1300 per troy ounce.
Moneter lebih menarik bagi pasar
Pasar terlihat telah terpesona oleh agenda pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve yang berakhir pada Rabu waktu Washington DC atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Jadi pasar masih menganggap perseteruan antara AS dan Korea Utara sementara waktu tak lebih dari sekadar adu mulut.
Akhirnya pada Kamis dini hari tersebut, pasar digoyang oleh pernyataan hawkish The Fed yang, sesuai perkiraan mayoritas pengamat dan pelaku pasar, tidak mengubah suku bunganya. Namun pada kesempatan tersebut The Fed dengan penuh percaya diri kembali menegaskan bahwa satu kenaikan suku bunga lagi di akhir tahun ini tetap sesuai dengan rencana sebelumnya.
The Fed juga akhirnya mengumumkan rencana pengurangan kepemilikan obligasi dan sekuritas berbasis hipotek (MBS) senilai $4,5 triliun yang langkah awalnya akan dilakukan pada bulan Oktober. Selain itu untuk tahun 2018, The Fed juga memperkirakan pada tahun 2018 akan ada tiga kenaikan suku bunga.
Alhasil dolar AS langsung melesat di Kamis dini hari sehingga Dixie menanjak ke 92,68. Nuansa positif itu terus menyertai perjalanan dolar AS di hari Kamis hingga sabre-rattling (saling mengancam dengan kekuatan militer) antara Trump dan Jong Un kembali muncul ke permukaan.
Pemimpin Korea Utara membalas ejekan Trump saat di PBB tersebut dengan mengatakan bahwa presiden AS adalah seorang tua yang pikun dan gila juga “seekor anjing yang menggonggong”.
Tak hanya itu, Pyongyang juga menyatakan siap untuk kembali melakukan uji coba H-bomb (bom hidrogen) di Samudera Pasifik dengan kekuatan yang lebih besar dari uji coba sebelumnya. Safe haven kembali memikat perhatian pasar di sesi akhir pekan lalu. Emas berhasil rebound, yen pun kembali menguat terhadap dolar AS.
Sesi Jum’at (22/9) juga diisi oleh pidato Perdana Menteri UK Theresa May yang gagal untuk memberikan detil sikap terhadap Brexit sehingga pasar menganggap hard Brexit masih sangat mungkin untuk terjadi dan akhirnya memukul pound sterling sehingga GBP/USD jatuh ke $1,3488.
Dua pemilu di dalam radar pasar
Pada 23 September 2017, rakyat Selandia Baru mengikuti pemilihan umum yang menurut para pengamat apabila partai incumbent kembali menang, dolar Selandia Baru akan menguat.
Namun yang lebih penting di pekan terakhir bulan ini adalah pemilu Jerman yang sejauh ini diperkirakan masih akan dimenangkan oleh Angela Merkel. Jika itu terjadi, berarti politikus wanita ini akan menjadi pemimpin Jerman untuk masa jabatan keempat kalinya secara berurutan.
Jerman adalah kekuatan ekonomi dan politik nomor wahid di Eropa, apapun hasil pemilu yang akan digelar pada 29 September tersebut jelas berdampak besar bagi keutuhan Uni Eropa dan pada gilirannya bakal berimbas pada performa euro dan emas.
Selain dua agenda politik tersebut, pidato dari para pemimpin bank sentral utama di pekan ini akan mencuri fokus pasar di pekan ini serta sejumlah data penting reguler lainnya terutama dari Jepang, UK dan AS. 
WEEKLY OUTLOOK : NETRAL 
O : 1.1922     H : 1.2035      L : 1.1861      C : 1.1944
PERGERAKAN SEPEKAN 18/09 – 22/09 : DOJI POSITIF
RANGE SEPEKAN : 174 PIP
Secara FundamentalLaporan Inflasi Konsumen di Zona Euro yang dirilis Senin 18/09 mengkonfirmasi estimasi awal yang dipublikasikan dua minggu lalu. Dalam basis tahunan, CPI naik 1.5% YoY di bulan Agustus; menunjukkan peningkatan dibanding 1.3% di bulan Juli, tetapi masih jauh dari target inflasi 2% yang dipatok bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB). Kenaikan inflasi tahunan laporan CPI Agustus ditunjang oleh kenaikan harga-harga energi yang meningkat 4%, sedangkan biaya jasa naik 1.6% dan harga pangan menanjak 1.4%. Namun secara bulanan, CPI Agustus naik 0.3% MoM, lebih tinggi dari -0.5% berdasarkan data tercatat di periode sebelumnya. Laporan Core CPI pun tak menunjukkan perubahan besar. Core CPI menanjak 1.2% YoY, sama dengan estimasi awal.
Hanya saja, secara bulanan ada perbaikan ke 0.3% MoM dari estimasi awal -0.6%. Eurostat menunjukkan bahwa inflasi tahunan tertinggi dialami oleh Lithuania (4.6%), Estonia (4.2%), dan Latvia (3.2%); negara-negara yang selama ini dinilai sebagai kawasan periferi Zona Euro. Sementara inflasi terendah dialami oleh Irlandia (0.4%), Siprus (0.5%), dan Yunani (0.6%). Kepala Ekonom ECB, Peter Praet, mengungkapkan pandangan yang agak dovish dalam sebuah wawancara media cetak. Katanya, "Stimulus yang substansial masih dibutuhkan.Semua pihak setuju bahwa kita harus memastikan kalau pengurangan stimulus (tapering) dilaksanakan secara teratur, tanpa shock yang berlebihan."
Untuk sepekan kedepan akan ada beberapa Fundamental penting yang akan dirilis untuk zona Ekonomi Uni Eropa, diantaranya :
  1. German Ifo Business Climate                 Senin 25/09/2017 15:00 WIB
  2. M3 Money Supply y/y                                 Rabu 27/09/2017 15:00 WIB
  3. German Retail Sales                                  Kamis 28/09/2017 12:00 WIB
  4. Final GDP q/q                                    Jumat 29/09/2017 15:30 WIB
  5. Net Lending to Individuals            Jumat 29/09/2017 15:30 WIB

  6. Secara Teknikal, PELEMAHAN pasangan harga GBPUSD mungkin masih akan berlanjut berdasarkan formasi candlestick weekly. Namun demikian tetap perlu diwaspadai koreksi intraday BULLISH yang mungkin akan terjadi pada timeframe Daily. Apabila minggu depan terjadi breakout BULLISH pada level 1.3622, kemungkinan harga akan kembali ke level 1.3673 – 1.3724 – 1.3778. Namun sebaliknya apabila terjadi breakout BEARISH pada level 1.3432, maka kemungkinan harga akan kembali melanjutkan gerakan PELEMAHANnya ke area level 1.3381 – 1.3331 – 1.3280.

    WEEKLY OUTLOOK :  NEGATIF
    O : 0.7997     H : 0.8102      L : 0.7906      C : 0.7962
    PERGERAKAN SEPEKAN 18/09 – 22/09 : NEGATIF
    RANGE SEPEKAN : 196 PIP
    Secara Fundamental,  Pada Selasa 19/09 Reserve Bank of Australia (RBA) telah menyampaikan risalah dari rapat kebijakan terakhirnya. Pada risalah atau notulen tersebut, RBA menyatakan tetap optimis pada prospek pertumbuhan dan melihat ekonomi Australia sedang memasuki fase baru karena mengabaikan penurunan investasi pertambangan yang cukup lama terjadi, sementara kondisi pasar kerja juga membaik. Dalam risalah rapat kebijakan 5 September, ketika suku bunga acuan tetap tidak berubah selama 13 bulan berturut-turut, RBA mencatat peningkatan tren pada pasar tenaga kerja, menambahkan bahwa data terbaru terus mendukung perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 3,0 persen pada 2018.
    "Dengan mempertimbangkan semua informasi yang ada dan kebutuhan untuk menyeimbangkan risiko yang terkait dengan utang rumah tangga yang tinggi di lingkungan yang rendah, dewan menilai bahwa memegang pendirian kebijakan moneter tidak berubah akan konsisten dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mencapai target inflasi dari waktu ke waktu," kata notulen tersebut. Namun sayangnya, pada risalah tersebut terlihat hanya sedikit perubahan dalam sikap kebijakan RBA. Bank sentral itu juga mengakui bahwa pertumbuhan upah tetap lemah dan dapat menahan kenaikan inflasi. Dolar Australia juga dianggap terlalu tinggi dan penguatan aussie lebih lanjut dapat menimbulkan risiko untuk mencapai pertumbuhan yang kuat dan inflasi yang lebih tinggi dari waktu ke waktu.
    RBA tampak lebih optimis mengenai kondisi ekonomi di negara bagian pertambangan penting yaitu Australia Barat dan Queensland, mencatat bahwa pertumbuhan lapangan kerja meningkat di kedua wilayah tersebut. "Pertumbuhan ketenagakerjaan secara luas kuat di seluruh negara bagian tersebut, menunjukkan bahwa penyesuaian pada akhir ledakan pertambangan (mining boom) sudah hampir selesai," kata notulen tersebut. RBA melihat bahwa pemulihan di negara-negara bagian tersebut merupakan tanda bahwa ekonomi sekarang bergerak melampaui boom dan bust sektor pertambangan, yang telah mendominasi ekonomi selama lebih dari satu dekade. Di New South Wales dan Victoria, kekuatan pada sektor layanan juga mendukung pertumbuhan.
    RBA juga menyampaikan bahwa pasar tenaga kerja Australia telah menjadi secercah harapan bagi ekonomi negara tersebut dengan lebih dari 250.000 pekerjaan yang tercipta dalam enam bulan terakhir, tiga perempat dari mereka menduduki posisi pekerjaan penuh (full-time jobs) dan pertumbuhan pekerjaan terlihat di seluruh negeri. "Kenaikan bertahap dalam kenaikan upah dan inflasi diperkirakan [akan terwujud] karena kapasitas cadangan di pasar tenaga kerja berkurang dan ekonomi terus menguat," kata RBA di risalah tersebut. Pun demikian bank sentral Australia tetap mewaspadai pasar perumahan, di tengah bukti adanya perlambatan pertumbuhan harga di Sydney, namun perlambatan tersebut tidak begitu besar di Melbourne.
    Untuk sepekan kedepan akan ada beberapa Fundamental penting yang akan dirilis untuk zona Ekonomi Australia, diantaranya :
    1. Private Sector Credit                                 Jumat 22/09/2017 08:30 WIB
    Secara Teknikal, PELEMAHAN pasangan harga AUDUSD mungkin masih akan berlanjut berdasarkan formasi candlestick weekly. Namun demikian tetap perlu diwaspadai koreksi intraday BULLISH yang mungkin akan terjadi pada timeframe Daily. Apabila minggu depan terjadi breakout BULLISH pada level 0.8017, kemungkinan harga akan kembali ke level 0.8053 – 0.8088 – 0.8125. Namun sebaliknya apabila terjadi breakout BEARISH pada level 0.7899, maka kemungkinan harga akan kembali melanjutkan gerakan PELEMAHANnya ke area level 0.7862 – 0.7825 – 0.7788.

    XAUUSD
    FS88 JOURNAL XAU TEMPLATE 
    WEEKLY OUTLOOK : NETRAL
    O : 1317.25   H : 1319.55   L : 1287.80    C : 1296.65 
    PERGERAKAN SEPEKAN 18/09 – 22/09 : NEGATIF
    RANGE SEPEKAN : $31.75 atau 317.5 PIP
    Secara Fundamental, harga emas turun sekitar 1 persen setelah rapat kebijakan bank sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC) mengindikasikan akan dilakukannya kenaikan suku bunga ketiga akhir tahun ini. Bahkan, harga emas di pasar berjangka sampai tembus ke bawah level $1,300 yang selama ini dianggap sebagai ambang support psikologis. Hasil akhir rapat FOMC sebenarnya sesuai ekspektasi. Bank sentral AS (Federal Reserve/FED) mengatakan akan mulai mengurangi portofolio obligasi dan sekuritas lainnya yang dahulu dihimpun dalam program Quantitative Easing (QE) dan telah membengkakkan neraca keuangannya sejak pasca krisis finansial. Poin yang cukup mengejutkan adalah, proyeksi baru yang tercapai dalam rapat tersebut menunjukkan 11 dari 16 anggota mendukung suku bunga lebih tinggi per akhir tahun ini.
    "FED keluar dan mengatakan mereka akan melakukan pembalikan QE dalam besaran sekitar $10 milyar per bulan, mereka masih mengekspektasikan sebuah kenaikan suku bunga di bulan Desember dan tiga kali lagi di tahun 2018. Ini menempatkan sedikit tekanan pada emas," ujar Jeff Klearman, manajer portofolio di GraniteShares, sebagaimana dikutip oleh Reuters.
    Perlu diketahui, emas sebagai salah satu aset investasi dengan imbal hasil tak berbentuk bunga, akan cenderung ditinggalkan oleh pelaku pasar apabila ada kenaikan suku bunga. Di sisi lain, aset berimbal hasil dalam bentuk bunga seperti Obligasi Pemerintah AS (US Treasury) justru banyak diminati. Demikian pula dalam event kali ini.
    Secara Teknikal, PELEMAHAN pasangan harga XAUUSD mungkin masih akan berlanjut berdasarkan formasi candlestick weekly. Namun demikian tetap perlu diwaspadai koreksi intraday BULLISH yang mungkin akan terjadi pada timeframe Daily. Apabila minggu depan terjadi breakout BULLISH pada level 1310.90, kemungkinan harga akan kembali ke level 1318.45 – 1325.65 – 1332.85. Namun sebaliknya apabila terjadi breakout BEARISH pada level 1284.80, maka kemungkinan harga akan kembali melanjutkan gerakan PELEMAHANnya ke area level 1277.60 – 1270.40 – 1262.50.

    Sumber : 
    http://www.forexsignal88.com/index.php/jurnal-mingguan-content1/6383-sekilas-forex-3-fokus-ekonomi-yang-patut-diperhatikan-untuk-pekan-depan


Postingan populer dari blog ini

Ini Motif Pemerkosaan dan Pembunuhan Eno

MISTERI MAKAM NIKE ARDILLA

Naga Emas Tiba - Tiba Muncul Dari Kedalaman Sungai